Quantcast
Channel: LensaIndonesia » MAKALAH
Viewing all articles
Browse latest Browse all 34

Pendidikan Jadi Pilar Jati Diri Bangsa

$
0
0

LENSAINDONESIA.COM: Ketika hari pendidikan pada tanggal 1 Mei, yang senantiasa diperingati itu, maka dihadapan kita seakan muncul tantangan besar dan pertanyaan mendasar, mau dibawa ke manakah pendidikan anak-anak bangsa ini?

Dalam amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sudah jelas dan tegas pada BAB II DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN, Pasal 2 : Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan pada Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Baca juga: Majukan pendidikan bangsa, Indonesia perlu pemimpin kuat dan Gerindra mengutuk keras kasus pelecehan terhadap siswa JIS

Sungguh luar biasa muatan yang mengungkapkan tentang dasar, fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional itu, namun sejauhmana muatan tersebut secara konsisten di implementasikan, karena disekitar dunia pendidikan masih ada permasalahan dan tantangan diantaranya terkait masih terbatasnya akses mendapatkan pendidikan, minimnya sarana pendukung pendidikan, rendahnya tingkat kesejahteraan tenaga pendidiknya, problematika siswa dan lainnya. Sehingga momentum Hari Pendidikan Nasional saat ini, setidaknya menyadarkan kepada kita semua untuk paham dan serius mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, sehingga upaya percepatan untuk mencerdaskan anak bangsa terwujudkan, dan jangan sampai terjadi salah kelola dalam urusan pendidikan ini karena berakibat fatal bagi kemandirian dan kedaulatan bangsa.

Hasil dari proses pendidikan tidak langsung seketika bisa dirasakan, tetapi membutuhkan waktu yang panjang, sepanjang hayat, dan menyentuh semua sendi kehidupan di masyarakat, hingga menjadi jati diri untuk kemajuan, keadilan dan kemakmuran bangsa. Kita pasti ingat ketika di tahun 70’an, Negara Malaysia sudah menyediakan anggaran 25 persen dari anggaran nasionalnya untuk pendidikan, sehingga mampu mengirimkan tenaga gurunya untuk belajar di Indonesia, serta guru-guru Indonesia juga dikirim ke Malaysia, dan saat ini Malaysia dan apa lagi Singapora sudah mengembangkan pendidikan yang lebih maju dan modern, sehingga berubah justru anak-anak Indonesia saat ini belajar ke sana. Prestasi pengembangan pendidikan Negara-negara tetangga kita merupakan cambuk bagi kita untuk sadar dan segera melakukan perbaikan, sebelum keterpurukan semakin menambah beban permasalahan bangsa.

Memperhatikan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional kita, sesungguhnya bisa dijadikan modal untuk penguatan jati diri bangsa, sehingga prestasi yang membanggakan seharusnya sudah bisa kita rasakan, namun kenyataannya bukan prestasi yang membanggakan justru tindakan yang memalukan selalu terpampang diberbagai media nasional.baik terkait kasus korupsi, penggelapan pajak, penyuapan, kriminalitas, moralitas hingga aksi-aksi anarkhisme, seperti bangsa yang tidak memiliki dasar dan tujuan, sehingga jati diri bangsa tergerus oleh keserakahan, kemunafikan, kesombongan, kecurangan, dan ketidak jujuran. Membuat pilar penyangga bangsa rapuh dan tidak berdaya, sehingga dapat memicu konflik social, disintegrasi bangsa, dan kedaulatan bangsa tergadaikan. Maka pendidikan sebagai salah satu pilar jati diri bangsa diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk penyelamatan dan penguatan bangsa.

Jati diri berasal dari bahasa Jawa: Sejating diri, yang berarti siapa diri kita sesungguhnya, hakikat atau fitrah manusia, juga disebut Nur Ilahi yang berisikan sifat-sifat dasar manusia yang murni dari Tuhan yang berisikan percikan-percikan ilahiah dalam batas kemampuan insan yang dibawa sejak lahir (*Soemarno Soedarsono, Membangun Kembali Jati Diri Bangsa, Yayasan Jati Diri Bangsa. Gramedia,14). Jati diri sesungguhnya bukan sesuatu yang asing bagi diri kita, justru telah melekat kuat pada nilai – nilai kemanusian, hanya karena kurang digali bahkan terus dilindas oleh nilai – nilai yang berseberangan sehingga kondisi jati diri semakin terpuruk dalam lembah kehinaan, dan tragisnya nilai-nilai kehinaan ini semakin dibanggakan untuk dimenangkan, sehingga keluhuran nilai kemanusiaan terkubur dan didominasi oleh sifat keserakahan, ketamakan yang menakutkan bagai sifat kebinatangan.

Memperhatikan fenomena kehidupan yang lebih mengedepankan egoisme dan kepentingan sesaat untuk mendapatkan jabatan dan financial sehingga menghalalkan kecurangan, yang tidak peduli lagi dengan nasib penderitaan rakyat yang termarginalkan, membuat yang memiliki nurani merasa prihatin, dimana bangsa yang besar ini dimangsa oleh anak-anak bangsa yang mengaku elite dan seorang negarawan, namun kelakuannya sungguh menghinakan.

Sebagai anak bangsa yang peduli dengan kondisi bangsanya seharusnya kita ingat ucapan Presiden Republik Indonesia yang pertama Ir. Soekarno, yang menyatakan :” Nation and Character Buiding”, Bangunan jati diri bangsa sangat ditopang oleh kondisi karakter dan jati diri masyarakat serta individu-individu dari bangsa itu, yang berkomitmen untuk membangun kekuatan bangsa. Setelah kemerdekaan bangsa diraih dengan perjuangan dan pengorbanan, dan saatnya anak-anak banggsa untuk dapat mengisi kemerdekaan ini dengan karya-karya besarnya, hal ini terwujud manakala adanya jati diri bangsa yang unggul.

Pernyataan Ir. Soekarno itu benar-benar memotivasi kita para anak bangsa untuk berkomitmen menjadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai Negara yang kuat dengan karakter keunggulan sehingga mampu berkompetisi dalam gerakan globalisasi yang sangat kuat saat ini. Dan ditegaskan lagi oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, dalam sambutan pada acara puncak Hari Pendidikan Nasional, di Candi Prambanan, 26 Mei 2007; “ Tanpa adanya jati diri bangsa, suatu bangsa akan mudah terombang-ambing dan kehilangan arah dalam era globalisasi yang bergerak cepat dewasa ini”. Sehingga relevansi untuk menggali, mengembangkan dan menguatkan jati diri bangsa saat sangat tepat sekali, lebih-lebih kondisi keterpurukan bangsa masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

Jati diri bangsa merupakan kepribadian luhur dan mulia, dan merupakan asset kekayaan bangsa yang bernilai strategis untuk penguatan dan kemajuan bangsa ketika dihadapkan pada persaingan global yang membawa liberalisasi ekonomi yang semakin tidak terelakkan, benturan budaya dan peradaban yang setiap detik kita rasakan, jika kita lengah dalam penguatan jati diri bangsa akan tergilas dan menjadi bangsa yang lemah karena tidak berkualitas.

Mengingat peradaban kehidupan ke depan akan survive, bergantung pada kualitas individu, kecepatan gerakan, managerial yang handal dan jaringan yang luas untuk disinergikan. Dan pendidikan memiliki peran strategis untuk mengawal penggalian jati diri bangsa untuk diberikan pada anak didik, sehingga potensi dirinya berkembang dan diharapkan mampu memberikan solusi bagi perbaikan kehidupan bangsa yang bermartabat dan berdaulat, sehingga kesejahteraan dan keadilan bisa terwujudkan, karena memang pendidikan diarahkan untuk membangun kesadaran diri dan mampu menguatkan nilai-nilai kemanusiaan.

Pendidikan merupakan media strategis untuk mengembangkan beberapa aspek kehidupan yang dapat langsung menyentuh kehidupan masyarakat, sehingga kehadiran anak-anak bangsa yang berkualitas dan memiliki integritas akan melakukan terobosan – terobosan dalam pembangunan demi kemajuan bangsa. Kita masih prihatin ketika adanya fakta bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berdasarkan riset UNDP berjalannya lambat, dimana pada tahun 2010 indeksnya 0,613, dan pada tahun 2011 menjadi 0,617. Untuk kawasan ASEAN peringkat pertama Singapura (0,866), disusul posisi kedua Brunei (0,838), ketiga Malaysia (0,761), selanjutnya Thailand (0,682) dan Filipina (0,644). Posisi Indonesia lebih unggul dari Vietnam (0,593), Laos (0,524), Kamboja (0,523), dan Myanmar (0,483). Peningkatan IPM dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu harapan hidup dan kesehatan, Pengetahuan serta standar atau pendapatan perkapita.

Pendidikan yang konsis untuk mengarahkan pada tujuan pendidikan yang mencakup sepuluh aspek, meliputi : Iman, Taqwa, Akhlaq Mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sehingga usaha ini benar-benar mulia dan sangat menantang dalam rangka penguatan jati diri bangsa, untuk mencerdaskan anak bangsa hingga meraih prestasi yang monumental bagi kejayaan bangsa. Begitu luasnya cakupan pendidikan sehingga perlu adanya kerjasama yang erat, baik antara sekolah (guru dan murid) dengan orangtua (masyarakat) beserta Pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya, untuk bergerak bersama dan mengemban misi yang sama untuk penguatan jati diri bangsa. Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional, untuk mempercepat pencerahan, menguatkan pemberdayaan, guna meraih prestasi yang membanggakan. Jayalah negeriku, dengan pendidikan yang menguatkan jati diri bangsa. @ian

alexa ComScore Quantcast Google Analytics NOscriptlensaindonesia.com/thumb/350-630-1/uploads--1--2012--04--pendidikan-pilar-bangsa.jpg" align="left" hspace="10" /> alexa ComScore Quantcast Google Analytics NOscript

Viewing all articles
Browse latest Browse all 34

Trending Articles